Cerpen Anak : Akibat Menunda
Anisa sibuk mengumpulkan semua pakaian yang sudah tidak muat dan hampir membuat lemarinya jebol. Ia megumpulkan baju-baju lama serta celana-celana yang sudah tidak muat dengan badannya untuk disumbangkan ke anak jalanan sore ini. Banyak sekali ternyata, banyak baju yang ternyata lama tidak dipakainya sehingga saat ia melihat lagi, baju-baju tersebut sudah tidak muat dengan badannya.
“ Sayang sekali”, padahal baju ini masih sangat bagus.
Kemudian ia melihat ke tumpukan celana-celana yang ada di atas meja, ia belum sempat melipat dan merapikan semuanya saat ia lihat celana biru kesayangannya.
“ Wah, ini kan celana biruku yang dulu, sudah lama aku ingin memakainya, namun selalu saja tak jadi dikarenakan aku menunda-nunda memakainya. Hmmm, harusnya aku bisa memakainya beberapa kali, aku salah jika harus menunggu, setiap waktu seharusnya jadi waktu yang istimewa.”, gumamnya.
“ Benar”, sahut seseorang dari arah pintu kamarnya. Ternyata Ibu, “ harusnya kau tidak mensia-siakan kesempatan memakai celana biru yang jadi warna kesukaanmu, jika saja kau memilih memakainya pada saat yang selalu menyenangkan mungkin celana biru itu tak terlihat sedih karena jarang dipakai.
“ Andai saja……,” gumam Anisa.
“ Tidak boleh berandai-andai,” sahut Ibu lagi. “ Manusia cerdas tidak suka berandai-andai, semuanya diberikan Tuhan dengan sebaik-baiknya.” Kata Ibu dengan senyum yang lebar.
“ Jika tak boleh berandai-andai, apa yang harus aku lakukan Bu?” tanya Anisa, dengan bola mata besarnya ia menatap ibunya yang semakin lebar tersenyum ke arahnya.
“ Semua kesalahan yang pernah terjadi kamu jadikan pelajaran di masa datang, berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Kamu setiap hari harus menjadi orang yang lebi baik dari hari sebelumnya.”, ucap ibu dengan lembut. “ Maka kamu akan disayang Tuhan dan semua orang,” tambah ibunya.
“ Terima kasih Ibu,” kata Anisa sambil memeluk ibunya.
“ Sama-sama, tapi jangan lupa membereskan semua barang-barangmu yang masih terpakai ke dalam lemari. Yang sudah tidak terpakai kamu bungkus dengan kantong untuk nanti sore kita bagikan kepada yang membutuhkan. “ ucap ibu, Anisa tersenyum.
“ Siap Ibu “, jawabnya semangat.