Cerpen Anak : Semut, Laba-laba dan Lebah
Alkisah, di negeri timur yang amat indah hidup makmur sebuah kerajaan kecil yang sangat sejahtera yang bernama Ferzian, walaupun kerajaan kecil, namun tak satupun rakyatnya kelaparan, mereka semuanya saling membantu dalam kebaikan dan jujur satu sama lain. Sang Raja Aze benar-benar mencontohkan yang terbaik untuk rakyatnya, itulah sebabnya ia sangat dihormati oleh rakyatnya bahkan oleh raja-raja negeri lain yang bersahabat dengan negeri Perzian.
Suatu hari, sang raja jatuh sakit. Sang perdana menteri yang amat setia khawatir melihatnya.
“ Wahai paduka, apakah anda sakit? ” tanya perdana menteri Ihlas.
“Iya perdana menteriku, mungkin sudah waktunya aku mempersiapkan pangeran Halzi, untuk menyegerakannya menggantikan aku. ” jawab sang raja Aze.
Perdana menteri Ihlas segera memanggil pangeran Halze di taman latihan perang, pangeran Halzi harus menjalani ujian terakhir sebelum menjadi raja Perzian sebelum menggantikan ayahnya.
“Wahai anakku pangeran Halzi “, panggil sang raja.
“Aku mendengarkanmu wahai ayahanda”, jawab pangeran dengan wajah tersenyum. Ia menatap ayahnya yang terbaring lemah di tempat tidur.
“Aku sudah tua dan sakit, sudah saatnya kau menggantikanku sebagai raja Perzian”, raja Aze menjelaskan. “ Namun sebelum itu kau harus menyelesaikan satu ujian, satu pertanyaan, yang jawabannya dapat kau temukan dengan melakukan perjalanan di hutan Cian di sebelah selatan, kau akan berpergian sendiri, aku membekalimu hanya dengan sebilah pisau dan dua koin emas untuk membeli pakaian dan makanan. Kau akan diantar hingga tepi hutan oleh perdana menteri Ihlas. Di hutan kau akan bertemu dengan tiga sahabatku disana dan tinggal bersama mereka selama beberapa hari. Apakah kau siap?” tanya raja Aze.
“Demi negeriku akan kulakukan wahai ayahanda, selama mensejahterakan rakyatku. “, jawabnya mantap.
Tiba saat pangeran Halzi berangkat, saat keluar dari istana ia langsung menuju pasar. Membeli sebuah pakaian dan makanan. Ia segera berganti pakaian, dan membungkus makanan dengan kain lusuh yang diberikan perdana menteri untuknya.
Tiba di tepi hutan perdana menteri berkata, “Di hutan kau akan bertemu dengan Tsam sang pemelihara semut, Kabut pemelihara laba-laba dan Nahlan pemelihara lebah. Mereka akan mudah ditemukan karena di hutan semut, laba-laba dan lebah akan datang dan kembali kepada pemeliharanya. Bersikaplah jujur, murah hati dan senang membantu. “, perdana menteri memegang pundaknya sambil tersenyum, “Saatnya kau berangkat, kami menunggumu kepulanganmu wahai pangeran.”
Pangeran Halzi mulai memasuki hutan, yang sangat lebat. Segerombolan semut berjalan dikakinya, ia mengikutinya. Dan sampailah di rumah Tsam, sang pemelihara semut. Saat ia sampai Tsam sedang memasukkan beberapa bahan makanan ke dalam rumahnya. “Hai!” sapanya, “aku sudah menunggumu sejak pagi, mari masuk!”, di dalam rumah Tsam sangat banyak semut berkeliaran, mereka masing-masing membawa bahan makanan ke dalam liang mereka. Beberapa telihat membawa bahan makanan yang sangat besar dari ukuran tubuh mereka, beberapa terlihat membawa yang sangat besar secara bersama-sama. Pangeran Halzi kagum dengan kehebatan semut.
“Semut, makhluk paling hebat. Mereka bekerjasama, saling menolong dan saling membantu satu sama lain. Mereka mengumpulkan bahan makanan sebanyak yang mereka bisa untuk persiapan hidup, mereka bisa mengangkat bahan makanan beberapa kali lipat dari berat badan mereka sendiri dan mereka sangat bersemangat dan tidak pantang menyerah. Hidup mereka hanya tiga minggu, kadang hanya sedikit makanan yang habis dari yang mereka kumpulkan, dan sisanya terbengkalai begitu saja.”, kata Tsam, pangeran Halzi menganguk-anguk, beberapa hari ia tinggal disana. Membantu Tsam dan memperhatikan semut. Hari ketiga ia berpamitan pada Tsam untuk melanjutkan perjalanan
Ia menerobos hutan lagi, mengikuti para laba-laba yang terlihat. Dan sampailah ia di rumah Kabut, sang pemelihara laba-laba. Keadaan rumah yang penuh dengan sarang laba-laba. Kabut menyambutnya ramah sama halnya seperti Tsam, ia tersenyum dengan senyum yang menyeringai. “ Masuklah, dan lihatlah keajaiban-keajaiban di dalam.” sambutnya. Rumah itu berlantai-lantai dengan banyak sekali sarang yang menjuntai keluar. Dan lebih banyak lagi gulungan benang laba-laba yang isi dalamnya tidak kelihatan. “Laba-laba, memakan binatang yang terjerat di sarangnya. Mereka akan meracuni terlebih dahulu mangsanya lalu menggulungnya dengan benang. Sampai binatang itu mati lalu menghisap darahnya sampai habis. “ Pangeran Halzi menggangguk dan ia hanya bertahan dua hari bersama dengan Kabut. Banyak alasan yang harus membuatnya pergi, termasuk tidak nyaman melihat binatang-binatang mati di sarang laba-laba.
Ia melanjutkan perjalanan ke sahabat ayahnya yang terakhir, Nahlan. Ia mendapati rumah Nahlan adalah rumah kayu kecil yang menempel di sisi batang pohon, di samping taman bunga yang luas. Banyak sekali lebah disana, mereka bergerombol dan menghinggapi bunga-bunga. Didalam rumah nampak agak gelap, dengan banyak sarang yang mengelembung di atas langit-langit rumah. Dan cairan-cairan keemasan yang di tampung oleh Nahlan dengan wadah di bawah sarang. “Cairan ini adalah madu, lebah menciptakan madu untuk persiapan makanan mereka, lebah adalah makhluk sopan. Ia tak menyerang jika tak diserang. “, ucap Nahlan. Pangeran menyukai Nahlan, karena ramah dan baik hati, ia tinggal dan membantu Nahlan selama tiga hari sebelum berpamitan pulang kembali ke Istana. Nahlan membekalinya sekantung madu untuk dibawa sebagai oleh-oleh untuk raja Aze, pangeran berterima kasih dan bersegera kembali ke istana menghadapi ujian terakhirnya menjadi seorang raja.
Saat pangeran kembali raja Aze menyambutnya gembira, pangeran diberikan waktu sehari penuh memulihkan tenaganya, setelah itu ujian terakhir pun dimulai. Pangeran Halzi duduk berhadapan dengan ayahnya, raja Aze yang didampingi perdana menteri Ihlas. Perdana menteri sudah menyiapkan segala sesuatu untuk ujian tersebut.
“Pertama, kutanyakan. Manakah dari sahabatku yang paling baik? Dan mengapa? ” tanya raja Aze.
“Semuanya,” jawab pangeran Halzi. “Semuanya baik, walaupun Tsam terlihat sibuk, namun ia senang menolong. Walau Kabut terlihat licik, namun ia sangat baik hati. Dan Nahlan, walau ia sangat terlihat menyeramkan ia ternyata sangat pekerja keras.
Raja Aze mengganguk puas, kemudian bertanya, “Kau gunakan apa pisaumu itu?”
“Pertama, kugunakan untuk membantu para semut mendapatkan bahan makanan lebih banyak, kugunakan membantu beberapa mangsa laba-laba keluar dari jeratan benang laba-laba, dan kugunakan untuk memotong beberapa sarang untuk diolah sebagai oleh-oleh untuk ayahanda.”, jawab pangeran Halzi.
“Pertanyaan terakhir, jika kau menjadi satu dari ketiga binatang tersebut, binatang manakah yang akan kau pilih? Dan dengan alasan apa kau tidak memilih yang dua selainnya?” tanya raja Aze.
Pangeran tersenyum dan menjawab “Lebah, ia adalah binatang yang paling baik terlihat dari dalam maupun dari luar. Ia hidup bersama-sama, bekerjasama, saling membantu dan pekerja keras. Mereka makan sari bunga dan mengolahnya menjadi madu yang disimpan di sarang mereka sebagai penyimpanan mereka. Apa yang mereka makan adalah bunga yang baik dan yang mereka hasilkan adalah madu yang baik yang tidak akan basi, mereka tidak menyerang selama tidak diserang.”
“Sedangkan semut, mereka pekerja keras, sangat pekerja keras. Mereka mengumpulkan bahan makanan dengan semangat yang amat tinggi. Mereka bekerja sama, dan mereka sangat kuat untuk mengangkat makanan yang ukurannya berkali-kali lipat dari badan mereka. Namun sayang, mereka serakah, apa yang mereka kumpulkan terlalu banyak, mereka mengumpulkan makanan yang hancur dalam beberapa hari, apa yang mereka makan pun belum tentu baik. Dan mereka mati dengan menyisakan banyak makanan. “
“ Sedangkan laba-laba adalah binatang yang keji, mereka memakan bangkai binatang, dengan cara menjebak mereka di sarangnya, digulung beberapa hari dan diracuni hingga mati. Yang mengagetkan ketika aku mencoba membebaskan beberapa tawanan mereka yang ternyata adalah laba-laba juga. Mereka tidak ragu untuk memakan sesama.”
Raja Aze bertepuk tangan, diikuti oleh perdana menteri Ihlas yang tersenyum lebar. “ Kau sudah siap menjadi raja anakku. Selamat!”, kata raja Aze.
Sebulan kemudian pangeran Halzi dinobatkan menjadi raja Perzian, ia menjadi raja yang dihormati oleh penduduknya karena kebijaksanaannya. Dicintai rakyatnya karena baik hati, ia mejadi pangeran tampan yang menikah dengan putri kerajaan Nirwani yang cantik jelita. Mereka hidup bahagia.