Cerpen Anak : Tangga Impian
Ali kegirangan saat tahu bahwa paman One1 dari Bima2 akan mampir ke rumahnya hari minggu pagi, paman One adalah paman Ali yang masih muda namun sangat sukses di bidang usahanya. Ia berjualan komputer di sebuah toko yang sekarang menjadi miliknya di Bima. Ia lulusan komputer suatu universitas negeri dan akan berangkat melanjutkan kuliahnya ke jenjang yang lebih tinggi ke Amerika.
Ketika paman One sampai di depan rumah di hari minggu pagi, Ali sudah menyambutnya. Ia sangat senang saat mendengar bahwa paman One mengubah rencana keberangkatannya ke Amerika untuk melanjutkan kuliah. Paman One akan menginap semalam dahulu di rumah Ali. Dan lebih menyenangkan saat tahu paman Ali tidur di kamarnya. Sore ini, setelah membereskan barang-barang paman One, mereka berdua akan ke took buku yang dekat dengan rumah Ali.
“ Paman, menyenangkan sekali melihat paman yang sukses. Ali ingin seperti paman One.” Ucapnya, paman One tersenyum.
“ Maka kau harus bercita-cita,” sahutnya.
“ Ali bercita-cita menjadi seorang dokter,” ucap Ali lagi. Pamannya yang sedang mengangkat koper besarnya berkata “ Maka kau perlu kemauan keras untuk mencapai cita-citamu.” sahut paman One dengan senyum yang lebar.
“ Ya aku punya kemauan keras. “ tambah Ali.
“ Untuk bekerja keras??!!“, Ali mengangguk.
“ Maka berusahalah dari sekarang, mulailah menabung agar kelak kau bisa memakai uang tabunganmu untuk membantu saat ayah dan ibu kesulitan biaya. Maka kau punya bekal yang cukup untuk mengejar cita-citamu.” kata paman One yang dijawab dengan senyum lebar Ali.
“ Jangan lupa carilah ilmu dimanapun kau berada, pilihlah tempat belajar yang gurunya berpendidikan bagus. Agar bisa menularkan padamu. “ kata paman One melanjutkan, sekarang mereka sudah selesai merapikan barang-barang paman One dan sedang menuju toko buku.
“ Dan satu yang perlu kau ingat bahwa mencari ilmu butuh waktu yang lama, bersabar adalah kunci kau bisa menguasai ilmu. Dengan itu kau bisa menggengam dunia ini. “ kata paman One dalam perjalanan pulang. Paman One membelikan sebuah agenda mini untuk Ali. Warnanya hitam pekat, juga sebuah pulpen hitam yang bagus untuk dipakai menulis.
Saat selesai makan malam, Ali masuk kamar ditemani oleh paman One, mereka membahas beberapa pelajaran yang akan dipelajari esok diseklah. Saat itulah yang terakhir bagi Ali bersama pamannya, ia tak bisa mengantar ke bandara keeskan harinya karena harus sekolah.
Saat semuanya selesai dibahas, dan dirapikan kembali, maka mereka berdua bersiap-siap tidur. Paman Ali sibuk menulis pada saat Ali beranjak ke kamar mandi untuk mengosok gigi. Selesai menulis Ali menghampiri pamannya.
“ Menulis apa paman?” tanya Ali.

“ Untuk apa paman?” tanya Ali saat paman One sudah terlihat menutup bukunya.
“ Target, semua harus ditargetkan. Jika sekarang 2011 maka paman harus mempunyai target lulus tahun 2014. Semuanya diatur sehingga impian paman dapat tercapai. Meraih impian adalah sebuah usaha keras, dan kau tidak boleh berhenti untuk mengejarnya, tetap bersemangat, yakin dan tidak lupa berdoa “, kata paman One. Ia mengambil agenda kecil yang ia belikan untuk Ali kemudian menyerahkan kepada Ali.
“ Ini sebabnya aku membelikanmu sebuah agenda. Supaya kau bisa mencatat dan mentargetkan semua impianmu. Supaya kau juga terpacu, tulislah semua yang penting. Dan jangan lupa membacanya kembali setiap saat. Agenda ini akan sangat berharga, dan doa paman kau sukses.”, kata paman One sambil tersenyum.
“ Oke paman, terimakasih, agenda ini akan lebih berharga daripada dompetku”. Dan paman One tertawa mendegarnya.
Keesokan paginya, Ali berangkat sekolah. Ia menyalami pamannya sebelum berangkat dan memeluk paman kesayangannya. “ Paman, doakan aku!! “ ucapnya.
“ Pasti!!!” sahut pamannya mantap. Mereka tersenyum. “ Ingat, mencari ilmu kau perlu enam hal, pertama cita-cita, kedua kemauan keras, ketiga ketekunan, keempat biaya yang cukup, kemudian guru yang baik dan yang terakhir ilmu harus dituntut dalam waktu yang lama agar dikuasai sepenuhnya.” Ucapnya lagi.
Dan Ali tersenyum riang saat sudah sampai sekolah. Ia segera menyiapkan seluruh persiapan belajarnya. Teringat agenda kecilnya, ia segera mengambil dan membukanya. Ia mulai membuat anak-anak tangga. Dan mulai menulis “ PILOT” di anak tangga paling atas. Perjuangan baru dimulai dan Ali semangat sekali untuk belajar.
1 Panggilan ke laki-laki suku Bima, pada akhirnya dipakai di dalam sebuah nama yang artinya “Laki-laki” (Mone)
2 Daerah kabupaten paling timur di propinsi Nusa Tenggara Barat