Tangan Dibawah lebih baik dari Tangan Diam-Diam

Judul diatas bukan kalimat peribahasa, ^^
Itu hanya kegundahan yang tindakan pertama yang bisa saya lakukan adalah menulis.

Kejadian tadi malam yang menimpa seorang ibu yang kita datangi sekeluarga (datag silaturahim sekalian piknik via mobil, hehe) di Tanjung.
" Bu, saya habis terkena musibah, tas saya hilang dicuri di masjid pada saat saya sedang shalat maghrib di masjid. Saat itu sedang mati lampu, saat itu tas saya taruh di depan saya, diantara kaki dan tempat sujud saya, namun bisa hilang, padahal ada uang, handphone dan banyak surat-surat penting disitu."
" Masjid mana bu?"
" Masjid di M*das."

Saya diam, tak mau banyak berkomentar, mendengarkan dan mendoakan semoga si ibu bisa membuka lemarinya yang ikut hilang juga kuncinya di dalam tas, entah bagaimana bisa diambil dengan posisi seperti itu, padahal lokasi kejadian adalah masjid, yang menjadi korban adalah orang yang sedang shalat dan waktu kejadian adalah saat korban sedang melaksanakan shalat.

Miris, sangat!
Bagaimana tidak?! Banyak terjadi hal-hal yang mempermalukan umat Islam sendiri dengan adanya berita-berita kriminal yang terjadi, seakan-akan tak takut dengan dosa yang berkelindan dan bertumpuk kerana sebabkan banyak hal yang buruk.


Waspadai Aneka Modus Kejahatan di Masjidil Haram Masjid Nabawi
Sabtu, 15 Oktober 2011 12:41 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH--Selama tinggal delapan hari di Madinah dan satu bulan di Makkah, para jamaah hendaknya selalu bersikap waspada terhadap aksi kejahatan. Mereka diharapkan memahami beberapa modus dari tindak kejahatan yang bisa mengenainya.
Salah seorang petugas haji Indonesia yang berada di sekitar pelatan bus yang menuju Masjidil Haram, Muhaimin, mengatakan yang terpenting jamaah tidak terlalu cepat percaya kepada orang yang baru dikenalnya. Mereka harus percaya kepada rekan satu rombongannya misalnya ketika hendak menitipkan barang di tempat wudhu atau toilet.
Menurut dia, kepada para jamaah yang berasal dari daerah, diharapkan juga jangan cepat percaya kepada orang yang baru dikenal meski dia mengajak berbincang dengan bahasa daerah yang sama. Banyak kasus kejahatan yang menimpa jamaah dimulai dari perbincangan ini.
‘’Setelah bisa berbincang akrab dengan jamaah yang diincar para penjahat itu biasanya menawarkan jasa untuk menunggui barang jamaah. Nah, biasanya kalau jamaah lengah dan memberikan barang kepadanya, mereka pun segera kabur membawa lari barang tersebut,’’ ujarnya.
Modus kejahatan lain adalah menawarkan jasa pengantaran kepada jamaah yang tak tahu jalan pulang. Biasanya ini menimpa jamaah yang berusia lanjut dan terlihat kebingungan karena terpisah dari rombongan.’’Para penjahat itu biasa terdiri banyak orang. Salah seorang diantaranya kemudian mengajak jamaah berjalan ke tempat tertentu. Di sana kemudian membekapnya serta menguras harta yang dibawa jamaah.’’
Modus seperti ini sudah menimpa jamaah asal Kebumen, Jawa Tengah sekitar sepuluh hari silam sepulangnya dari Masjid Nabawi untuk melaksanakan jamaah shalat Shubuh. Karena ketinggalan rombongan, jamaah yang sudah berusia lanjut itu diantar oleh beberapa warga Indonesia kembali ke pondokan.
Namun, di tengah jalan sebelum sampai pondokan, jamaah tersebut dibekap mereka. Satu orang memegani tangannya, satu orang membekap mulutnya, dan satu orang lagi menguras isi tas yang di bawanya. Alhasil uang sebanyak 1.500 real dan uang rupiah senilai lebih dari dua jua orang raib dibawanya.
‘’Anehnya, perampasan tas itu kata teman saya itu, dilakukan ditempat ramai. Tiba-tiba saja dia ditelikung dan ditengkurapkan di jalanan. Dia pun tak sempat mengelak atau berteriak,’’ kata Syarifudin, rekan satu rombongan dari jamaah yang tertimpa musibah itu.
Menanggapi ancaman kejahatan itu, Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah, meminta agar jamaah tetap waspada. Apalagi setahun silam berhasil ditangkap beberapa orang Indonesia yang kerapkali melakukan kejahatan di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
‘’Mereka sudah beroperasi mirip sindikat. Saya harap jamaah tetap waspada. Jangan pakai perhiasan mencolok dan membawa uang banyak bila ingin beribadah ke Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Cukup 50 real saja uang yang dibawa. Nah, kalau ingin pergi belanja dengan membawa banyak uang, pergilah secara berombongan,’’ kata Arsyad Hidayat.

Na'udzubillahi min dzalik,
Bahkan menurut beberapa sumber dari lingkungan saya di Lombok ini, ada komunitas pencuri, ya... Hal ini sudah menjadi rahasia umum, dan tidak bisa ditutupi lagi. Niat saya bercerita bukan untuk menyampaikan bagaimana buruknya mereka namun buruknya adat/budaya sebelumnya, dari sumber (http://argapuji.com/index.php?option=com_content&view=article&id=54:selamat-datang&catid=38:artikel&Itemid=56) saya menemukan bahwa bahwa sebelum terIslamnya pulau seribu masjid ini, maka disini budaya sosialnya adalah mencuri, dan buruknya seseorang pernah berkata pada saya, "Orang disini, lebih suka menipu dibandingkan mencuri." Masya Allah...
Mencuri dan menipu, yang menurut saya akan lebih parah pada bagian menipu dikarenakan mereka yang menipu tak hanya bisa mengambil barang orang lain, bahkan lebih parah. Orang-orang yang menipu biasanya sudah mengetahui bagaimana keadaan korban dan mempunyai strategi bagaimana mengelabui korban, pada hal mencuri, banyak pencurian berlandaskan (eleuh bahasanya heheheh ^^v) karena keadaan yang memaksa.

Komunitas yang saya sebutkan, tanpa bisa saya katakan dimana letaknya, dikataka kepada saya bahwa mereka mencuri untuk alasan tuntutan pekerjaan, tidak ada pekerjaan selain mencuri, dan seseorang di komunitas tersebut dianggap mampu apabila sudah dapat mencuri, masya Allah, Buruknya budaya mereka TT,)"

Maka inilah sebab judulnya berkata, "Tangan Dibawah lebih baik dari Tangan Diam-Diam", lebih baik bekerja meminta upah (bukan sedekah) daripada mencuri. ^^

Maka ketika Islam masuk, mereka datang dengan berbondong-bondong, banyak golongan termasuk di antaranya Nahdatul Wathan, yang namanya paling besar disini. Berharap semoga apa yang dibawa para tokoh bisa memperbaiki keadaan ummat di pulau Lombok ini, bahkan sumber yang saya sebut sebelumnya adalah mengatakan, "Sebuah budaya dapat dihapus apabila ada budaya lain yang dapat menggantikannya dengan cara dan hasil yang lebih baik."
dan saya yakiin itu Islam, rahmatan lil alamiiin...

Nb:
Terkadang kita sibuk berkutat dengan proposal-proposal tebal dan bertumpuk di dalam sebuah map hitam yang penuh dengan kemantapan semangat. Namun, kita lupa bahwa dunia ini begitu luas. Seakan-akan dunia hanya setebal proposal, namun yang belum terIslamisasi di belahan bumi, teramat banyak. Masya Allah
*Muhasabah diri saya dan kita,