Perlu kita pertanyakan, kemana waktu kita berlalu?



Apakah ke arah yang lebih baik, atau kita sia-sia kan setiap harinya...
Ini tentang saya, dahulu...
Saya bersikeras untuk tetap menekuni dunia menyanyi yang sangat saya cintai, alhamdulillah...
Karena proses belajar yang saya jalani di kelas juga merupakan sebuah jihad menuntut ilmu, maka kuliah yang saya depankan, tidak bermasalah sama sekali. Tidak bermasalah dalam artian, nilai saya baik, sangat baik menurut saya – tanpa contekan.pen
Namun, dalam hal beribadah, yang sesuai diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, saya mengalami kendala. Jikalau agama mengarahkan agar kita selalu beribadah di setiap waktu, maka beberapa jam saya berada di kampus adalah sebuah ibadah menuntut ilmu setelah jam kuliah, inilah yang terbuang sia-sia.

Pertama, saya amat menyukai menyanyi, yang akhirnya mempertemukan saya dengan sebuah komunitas menyanyi. Awalnya, hanya setengah hati. Namun, sekali menyukai saya akan fokus terhadapnya, itulah saya, keinginan kuat untuk tetap menyanyi semakin ditunjang dengan kepercayaan komunitas yang merupakan sebuah organisasi tersebut menjadikan saya sebagai bagian dari pengurus.
Lama, saya menghabiskan waktu bersama komunitas selama 4 jam, bernyanyi bersama. Kemudian kembali ke kehidupan nyata di kosan, makan, bercanda bersama teman, setelah menghabiskan waktu untuk mengaji sebentar. Ya, hanya sebentar...
Masa-masa yang berat, ketika kami kembali belajar tentang arti menjadi seorang “muslim”. Keinginan panjang untuk memakai pakaian yang lebih tidak menampakkan tulang sangat membebani dengan keadaan saya di dalam komunitas bernyanyi. Karena, selain banyak non muslim yang berada di sana, banyak pengaruh kuat pergaulan yang kurang baik dari kaum gay, yang memang banyak “melarikan diri” ke komunitas itu. keadaan iman saya hanya sebatas hati.
Beberapa lelaki, di dalam komunitas kami, yang memang menyadari bahwa mereka lelaki keturunan Adam yang diciptakan untuk para hawa yang tidak terkontaminasi kaum nabi Luth (gay.pen) tiba-tiba tanpa sungkan-sungkan, memperlihatkan gelagat mereka, untuk pertama kali bahwa mereka mencintai Allah sepenuh hati, mereka beriman di hati, lisan dan tingkah laku mereka. Ya,...
Saat itu saya putuskan untuk memenuhi panggilan hati, bersegera menutup lebih dalam aurat yang harus saya tutupi. Alhamdulilah, bukan masalah untuk yang lain – kata mereka di depan saya.
Perjalanan hati berlalu, Allah akan menunjukkan jalan yang lurus bagi hambanya yang menyadari keberadaan Allah di sisinya, kepada makhluknya yang beriman. Insya Allah...
Sebesar apapun niat kita untuk berdakwah, maka dengan cara yang diajarkan Rasulullah lah yang terbaik. Tempat orang-orang yang tidak mau melihat, mendegar dan merasakan hidayah yang diberikan oleh Allah. Dan sebesar apapun doa dan keinginan saya untuk memperbaiki komunitas tersebut tidak ditunjang dengan kebuta-tuli dan hati yang mati.
Beberapa lelaki tersebut memutuskan untuk keluar dan tidak ingin kembali. Yang memberi saya jalan pikiran bahwa jalan ini salah.
Sekarang, memang tak dapat yang saya lakukan, hanya dengan menulis apa yang saya pernah alami, dan semoga ada hikmah yang dapat diambil dari tulisan ini.