Semarak-semarak, tersampai ke hati kah?

"Semarak-semarak. Tak perduli yang lain berpening peluh terusik ketenangan. Sungguh yang tidak berlebih selalu seimbang, tidak condong, dan tidak pula mengusik kesehatan." (Ismarmiaty - Ayyaum ba'da 12 Rabi'ul Awal)
Malam yang cerah disinari bulan, alhamdulillah, saya sehat. Melebihi segala apapun yang ada, sehat adalah nikmat terindah. Alhamdulillahi bi ni'matihi tathimusshalihat.

Ramai terdengar kemarin, tepukan rebana berkelindan riuh memuncak, bersorak sorak para pemain menambah keramaian perayaan di tanggal 12 Rabi'ul Awal. Saya tak akan membahas batas halal/ haram. Namun, ketika kita membanggakan Islam adalah damai, maka saya, muslim, terusik oleh udara keriuhan kemarin.

Perlukan penjelasan, saya sampaikan, saya benar-benar butuh istirahat. 2 buku tebal menggangur, dan berjuta-juta jurnal belum terbaca, dan bahkan belum ditemukan oleh aplikasi pencari saya.

Saya termagu, sedikit memijit kening ketika bangun tidur menemukan kepala saya sakit sebelah.
Sakit, andai tak kuliah hari ini, mungkin akan saya lanjutkan istirahat. Penempatan jadual mikrofon berdendang sama dengan kebutuhan tubuh saya istirahat. Kemarin sama, hari ini pun tak jauh beda.

Andai dipahami, tak semua menerima dakwah dengan suara keras, sudah keras, bersama pengeras. Semangat terderak-derak, jika tak dikontrol baik, tak tentu arah. Jadilah, dakwah diberi cacian, tidak sampai ke hati, namun menampar kuping-kuping yang sebenarnya hanya butuh kelembutan.
llah Ta’ala berfirman yang artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan mauidzoh hasanah (pelajaran yang baik) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
(QS. An-Nahl, 125)
"Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui akan orangyang sesat dari jalanNya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah pertunjuk."
Rasulullah, marah dalam hal ketika agamanya dicerca hina, namun selain hal itu, ia mengucap kata menjadi kalimat bak untaian mutiara dipadu-padankan, mempesona, tampilan sederhana namun luar biasa, dan kemudian ilmu yang disampaikan hati, tersampaikan juga ke hati. Menelisik telinga, mendera di hati, menjadi hikmah yang begitu santun tersampaikan.

"Sesungguhnya tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya. Dan tidaklah kelemahlembutan itu tercabut darii sesuatu kecuali akan membuatnya menjadi jelek." (HR. Muslim)

Ada saat dakwah disampaikan lantang, namun jikalau berkenan, pahamilah, tak semua waktu penyampaian dengan suara teramat membahana, jikalau berkenan, lembutkan awalnya, lalu keraskan setelahnya, setelah bertubi-tubi tak tersampaikan ke relung hati.

Menyampaikan teguran atau nasehat terhadap sebuah kesalahan adalah kewajiban bagi setiap muslim.

Namun dalam menyampaikan teguran atau nasehat kita harus bijaksana. Sampaikanlah teguran atau nasehat dengan bahasa yang santun, lembut dan sopan. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna sehingga nasehat bisa dipahami.

Nabi shallallahu'alahiwasallam telah memberikan contoh yang sangat indah bagaimana
cara untuk menyampaikan teguran atau nasehat.

(ustadz Abdullah Zaen, M.A- pimpinan pondok pesantren Tunas Ilmu)

Sekian, semoga manfa'at.