Saatnya untuk Menikah,
" Ketika candaan sahabat tak lagi membuat hati bersenang, tak lagi membuat gembira. Mungkin hati tak lagi ingin sendiri. Ada yang menemani, itu perasaan pasti. Lumrah, siapa saja bisa teringini. "
" Nikah menjadi perkara tak mudah, sebab ia menghimpun ruh dan jasad dalam kesiapan yang matang. Dikata ‘terburu-buru’ pabila menikah dalam persiapan singkat. Namun, nampak tertunda ketika perkenalan terhadap pernikahan lebih di awal dan memang seharusnya. "
" Masa sudah menyelisihi waktu, dengan pongahnya menikungkan pemahaman kita sebagai manusia dalam batasan usia yang amat singkat. Dahulu, pemahaman tentang menikah lahir dengan pemahaman tentang iman, ya … Menikah menjadi satu jalan baik untuk lebih baik menyuburkan cinta ilahi. Masa semakin menikung tajam, para kapitalis pemuja harta berpayah menumpuk harta, menyilaukan mata. Sehingga terbebaslah nafsu daripada iman, saat ini, tak hanya lelaki, bahkan wanita sibuk memakai wewangian berdasi serta tak menutup perhiasan, mengejar harta, di dunia."
" Saatnya untuk menikah, ketika banyak lelaki lebih berfikir sejuta tak cukup, dua juta pun belum mencukupi, apalagi tiga empat sampai puluhan juta tak cukup. Belum terpikirkan pula rumah, kendaraan mewah beserta pakaian-pakaian yang menampakkan suksesnya dunia. Insya Allah, semoga semua pahala tak sirna dalam dekapan syaitan dalam kesendirian yang memang amat mencekam. Maaf, hal ini bukan ancaman, namun kenyataan, iya bukan?"
" Dan wanita, menikah menjadi ajang kompetisi mencari setelah berkhayal sebaik-baiknya idaman. Sungguh ilmu saya sangat tak cukup menimbang apakah saya sudah siap ataukah pantas dengan yang perawakan shalih."
" Para lelaki sibuk bertarget, para wanita terlalu selektif. Maka tibalah ketika wanita ingin lebih shalihah dengan menikah, lelaki shalih menunda menunggu mapan. Alhasil, pilihan wanita jatuh pada umur yang berkurang subur atau lelaki kurang salih yang hanya ingin menikah. Namun adakalanya para lelaki shalih ingin menikah, mampukan diri, namun wanita memilah ini itu seakan-akan hanya itu yang mampukan ia bahagia. Sungguh nikah memberikan barakah, rejeki telah diatur, pena-pena telah terletak saat kering tintanya."
" Para lelaki sibuk bertarget, para wanita terlalu selektif. Maka tibalah ketika wanita ingin lebih shalihah dengan menikah, lelaki shalih menunda menunggu mapan. Alhasil, pilihan wanita jatuh pada umur yang berkurang subur atau lelaki kurang salih yang hanya ingin menikah. Namun adakalanya para lelaki shalih ingin menikah, mampukan diri, namun wanita memilah ini itu seakan-akan hanya itu yang mampukan ia bahagia. Sungguh nikah memberikan barakah, rejeki telah diatur, pena-pena telah terletak saat kering tintanya."
" 'Semoga Allah dekatkan, semoga Allah segerakan', sebait doa pelipur rindu, rindu pada kuasaNya yang tepat waktu. Tidak akan datang sebelum palu ketentuan diketuk, tidak akan terhalangi walau sehimpun dunia dan semesta coba menunda."
"Maaf jika tak berkenan atas kata-kata saya, sungguh ingin dinilai agar diperbaiki, ingin diperbaiki agar yang tersampai adalah ilmu yang barakah."
"Maaf jika tak berkenan atas kata-kata saya, sungguh ingin dinilai agar diperbaiki, ingin diperbaiki agar yang tersampai adalah ilmu yang barakah."
“Semoga Allah dekatkan, semoga Allah segerakan...”
( Terinspirasi dari buku "Saatnya untuk Menikah", M. Fauzil Adhim & Ulasan "Menikah pun perlu Ilmu" pada buku "Menyimak Kicau Merajut Makna" Salim A. Fillah )