The Great Seer & Warrior Baek Dong Soo

Lanjutan dari Saeguk, tanpa cinta ecek-ecek ...

Dua film, yang saya tonton, walaupun di-play speed tesendiri, tersebab hanya pengen tahu tentang sejarah Joseon (The Great Seer) dan masih rancu dengan sebab kenapa pangeran Mahkota Sado mati (Warrior Baek Dong Soo).

Jangan berharap pemain ganteng yoo! Gak ada! hehe...

Sedikit reviewnya:

1. The Great Seer

Film 'agak' baru, walaupun terlihat sepertinya  'fiksi' dengan tidak disebutkannya tokoh ini dalam sejarah Joseon sendiri. Bercerita tentang ahli fengshui dan alur perjalanan pengalihan dinasti Guryeo menjadi dinasti Joseon.
Mok Ji Sang, si ahli Fengshui (namun lebih disebut sang Penglihat) harus menemukan situs Ja Mi Won (tempat terbaik) sebagai tempat dibangunnya kerajaan baru. Beberapa ahli 'melihat' tersebut percaya bahwa Lee Seung Gye, adalah pewaris tempat tersebut dan mereka mendukung pemberontakan (terpaksa) yang dilakukan oleh Lee Seung Gye. Alih-alih ingin menjaga kerajaan, panglima militer Lee Seung Gye pun sebenarnya dipaksa memberontak karena kerajaan sendiri berada di pihak yang salah, pun mereka sudah mengetahui bahwa Lee Seung Gye adalah pemilik Ja Mi Won.
Walaupun saya cuma pingin tahu tentang pengalihan dinasti ini, eh, malah merembet sampai masa kuasa kaisar Sejong, film ini juga menjelaskan kenapa ada Perang para Pangeran (anak-anak Lee Seung Gye, yaitu Lee Bang Gwan dan Lee Bang Won) yang pada akhirnya menjelaskan kenapa masa kaisar Sejong 'sangat' aman --> raja Taejong (Lee Bang Won - raja ke-3) masih memegang kuasa militer ketika anaknya raja Sejong naik tahta. Tersebab itu pula kerajaan dapat menghasilkan penemuan baik termasuk Hangul (aksara Korea).

2. Warrior Baek Dong Soo

Sama dengan film sebelumnya, isinya = Politik, cuma jangan mengharapkan romantisme disini, hanya ada senjata dan darah. Judulnya saja sudah menjelaskan dengan bijak, seakan-akan berkata "Film ini penuh dengan kekerasan!". Epidsode 1 -29 full perkelahian.
Baek Dong Soo sendiri muncul juga pada film Yi-San, film lain tentang raja Jeongjo (raja ke-22 dinasti Joseon). Panglima militer kerajaan pada saat itu yang memang ada dan membuat buku panduan bela diri. Di film Baek Dong Soo sudah menjelaskan Baek Dong Soo sendiri yang hampir saja mati dibunuh oleh para penjahat Heuksa Chorong. Kelahirannya saja sudah menjadi buronan. Pada akhirnya hidup bayi Dong Soo ditukar dengan lengan kiri Kim Gwang Taek, ahli pedang terbaik Joseon. Dong Soo lahir cacat, karena ibunya melilitkan kain dengan keras pada perutnya ketika pemeriksaan dan penangkapan keturunan Baek. Yang dikatakan menghancurkan monumen dinasti Qing (Cina) di perbatasan, sebagai bentuk perlawanan.  Baek Dong Soo sendiri termasuk salah satu prajurit yang dipersiapkan pangeran mahkota Sado pada saat kenaikan tahtanya (walaupun akhirnya anaknya lah yang di-kawal oleh Baek Dong Soo). Dong Soo terkenal sebagai prajurit terbaik Joseon pada masanya.
Film ini juga menjelaskan kematian pangeran Mahkota Sado, anak raja Yeongjo, cucunya Raja Sukjong - Choi Suk Bin (Dong Yi), jadi ini masih bercerita tentang partai Soron dan Noron. Tersebab kaisar Yeongjo memilih untuk memihak keduanya tanpa pilih kasih, partai Noron bekerja sama dengan ratu kedua kaisar untuk menjatuhkan pangeran mahkota Sado, lebih tepatnya membunuhnya. Alasannya, yaaa... Agar tahta jatuh ke keturunannya. Pada akhirnya pangeran mahkota Sado mati. Disebutkan sejarah, kematiannya disebabkan kehabisan oksigen dalam kotak penyimpanan beras (sebagai hukuman pemberontakan -- padahal ini konspirasi partai Noron oleh ratu dan panglima militer kerajaan). Walaupun sebenarnya ia keluar dari kotak dan digantikan dalam kotak penyimpanan oleh orang lain, namun  dibunuh oleh penjahat Heuksa Chorong. Walau PM Sado mati, tahta tetap jatuh pada Yi-San -- anaknya, raja Jeongjo. Dengan bantuan Musa Baek Dong Soo inilah raja Jeongjo aman sebelum diangkat menjadi raja. Kerajaan berangsur pulih karena keberpihakan Jeongjo pada rakyat dan yang memihak rakyat. Dengan kalimat pembuka "Selamat datang di Kerajaan yang tidak memberi ampun pada kejahatan!" pada penggantian kekuasaan saat raja Yeongjo (kakeknya) mangkat. Raja Jeongjo sendiri hampir sama pintar dengan kakeknya. Namun punya kelebihan pada keahlian bela diri.

Sekian, ini sejarah, 
Dan dalam sejarah... Kita dapat menemukan pro dan kontra, bergantung pada siapa yang menyampaikan...

Dengan begini pula kita dapat belajar tentang monarki ala Korea, dan negara lainnya. Sebagai perbandingan pemahaman politik bagaimana kekuasaan berpindah-pindah dan belajar sejarah. Selain film ini, film Genghis Khan pun tak kalah sadis, kecuali pada Ben Hur. Yang menjadi pertimbangan saya memilih film ini adalah, penyampaian makna dan gambar lebih sopan pada film asia dibandingkan eropa, itulah mengapa saya lebih memilih film-film timur, yang lebih beradab dalam berpakaian, bahkan untuk urusan cinta, mereka tetap memakai adab 'malu-malu', tidak menampakkan! ^_^